Resume Pembelajaran PAIKEM dan Pengelolaan Kelas
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajan
MI
Zainul Anwar
PGMI / IV
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA
NGLAWAK – KERTOSONO – NGANJUK
TAHUN 2017
PEMBELAJARAN PAIKEM
A. Pengertian PAIKEM (Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan)
PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif
Menyenangkan dan Berbobot) adalah sebuah program / model pembelajaran terpadu
yang bertujuan meningkatkan mutu dan efisiensi pengelolaan pendidikan dengan
mengembangkan praktik-praktik yang sudah ada.
Secara garis besar PAIKEM (Iif Khoiru & Sofan, 2011: 1)
dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Siswa terlibat dalam berbagai
kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan
pada belajar melalui berbuat.
b. Guru menggunakan berbagai alat bantu
dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan
cocok bagi siswa.
c. Guru mengatur kelas dengan memajang
buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’.
d. Guru menerapkan cara mengajar yang
lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
e. Guru mendorong siswa untuk menemukan
caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya,
dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Program pembelajaran seperti ini harus disertai dengan
kemampuan dan wawasan guru yang cukup baik, karena guru dituntut mampu
menciptakan kondisi belajar yang baik di dalam maupun di luar kelas. Sedang
siswa secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan
konsep keilmuan.[1]
B. Teori Belajar yang Melandasi PAIKEM
1.
Teori Perkembangan Jean Piaget
Menurut Jean Piaget (Nur dalam Iif Khoiru & Sofan, 2011:
47), seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir
dan dewasa, yaitu : tahap sensorimotor, pra operasional, operasi kongkrit, dan
operasi formal.
Pola perilaku atau berfikir yang digunakan anank dan orang
dewasa dalam menangani obyek-obyek di dunia disebut skemata. Selanjutnya
menurut Piaget bahwa anak membangun sendiri skemata-skemata dari pengalaman sendiri
dengan lingkungannya. Di sini peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan
sebagai pemberi informasi. Guru perlu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
para siswanya. (Hadisubroto dalam Iif Khoiru & Sofan, 2011: 49).
Jelas teori piaget tersebut menegaskan bahwa guru harus
mampu menciptakan keadaan pembelajar yang mampu belajar mandiri. Artinya guru
tidak sepenuhnya mengajarkan suatu bahan ajar kepada pembelajar, tetapi guru
dapat membangun pembelajar yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar.
2.
Teori Bandura
Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial
yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut Bandura sebagian besar manusia
belajar melalui pengamatan secara selektif mengingat tingkah laku orang lain
(Arends, 1997: 69).
Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan
mengamati tingkah laku orang lain (model), hasil pengamatan itu kemudian
dimantapkan dengan cara menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman
sebelumnya atau mengulang-ulang kembali. Berdasarkan pola perilaku ini,
selanjutnya Bandura mengklasifikasikan empat fase belajar dari pemodelan, yaitu
fase perhatian, fase retensi, fase reproduksi, dan fase motivasi.
3.
Teori Bruner
Jerome Bruner, seorang ahli psikologi Havard adalah salah
satu seorang pelopor pengembangan kurikulum terutama dengan teori yang dikenal
dengan pembelajaran penemuan (Inquiri).
Aplikasi ide-ide Bruner dalam pembelajaran menurut Woolfolk,
(dalam Iif Khoiru & Sofan, 2011: 57) digambarkan sebagai berikut.
a. Memberikan contoh dan bukan contoh
dari konsep yang dipelajari;
b. Membantu siswa mencari hubungan
antar konsep;
c. Mengajukan pertanyaan dan membiarkan
siswa mencoba menemukan sendiri jawabannya.
d. Mendorong siswa untuk membuat dugaan
yang bersifat intuitif.
C.
Penerapan PAIKEM dalam Proses Pembelajaran
Menurut Ramadhan (2008), secara garis besar, penerapan
PAIKEM dalam pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Siswa terlibat dalam berbagai
kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan
pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu
dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan
cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang
buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan „pojok baca‟
4. Guru menerapkan cara mengajar yang
lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan
caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya,
dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Dengan penerapan seperti diatas Pendekatan pembelajaran
PAIKEM dapat membawa angin perubahan dalam pembelajaran, yaitu:
a. Guru dan murid sama-sama aktif dan
terjadi interaksi timbal balik antara keduanya. Guru dalam pembelajaran tidak
hanya berperan sebagai pengajar dan pendidik juga berperan sebagai fasilitator.
b. Guru dan murid dapat mengembangkan
kreativitas dalam pembelajaran. Guru dapat mengembangkan kreativitasnya dalam
hal: teknik pengajaran, penggunaan multimetode, pemakaian media, dan guru dapat
berperan sebagai mediator bagi murid-muridnya.
c. Murid merasa senang dan nyaman dalam
pembelajaran, tidak merasa tertekan sehingga proses berpikir anak akan berjalan
normal.
PENGELOLAAN KELAS
A.
Pengertian Pengelolaan Kelas
Menurut Sudirman N, dalam (dkk.
1991; 310), pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas.
Ditambahkan lagi oleh Hadari Nawawi (1989;115), dengan mengatakan bahwa kegiatan
manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau
wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang
seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan
secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan
kurikulum dan perkembangan murid.[2]
B.
Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas pada
hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum pengelolaan
kelas adalah penyedian fasilitas bagi bermacam macam kegiatan belajar siswa
dalam lingkungan sosial, emosional, dalam intelektual dalam kelas. Fasilitas
yang demikian itu memungkinkan siwa belajar dan bekerja, terciptanya suasana
sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual,
emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa. (Sudirman N, 1991, 311)
Suharsimi Arikunto (1988 : 68)
berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas
dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif
dan efisien.[3]
C.
Peran Guru Dalam Strategi
Pengeloloaan Kelas
Guru dituntut untuk meningkatkan
peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya
sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Adam dan Decey
(dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar
adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru sebagai
pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai
evaluator.
D.
Prinsip – Prinsip Dalam Pengelolaan
Kelas
- Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam
proses belajar mengajar.guru yang hangat dan akrab engan anak didik selalu
menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam
mengimplementasikan pengelolaan kelas.
- Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara
kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk
belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
- Bervariasi
Penggunaan alat atau media atau alat
bantu,gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik mengurangi
munculnya gangguan, kevariasian dalam penggunaan apa yang di sebut diatas
merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif.
- Keluesan
Keluesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi
mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta
menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
- Penekanan pada hal-hal yang positif.
Pada dasarnya, dalam mengajar dan
mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif, dan menghindari
pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan tersebut
dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, dan kesadaran guru
untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar
mengajar.
- Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas
adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu,guru
sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri
dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan
pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila
ingin anak didiknya iku disiplin berdisiplin dalam segala hal.[4]
E.
Pendekatan-Pendekatan Dalam
Pengelolaan Kelas
Keharmonisan hubungan guru dan anak
didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi.
Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan
dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179).
Beberapa pendekatan tersebut adalah
seperti dalam uraian berikut:
1.
Pendekatan
Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai
suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini
adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas.
Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya.
Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas.
Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
2.
Pendekatan
Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau
intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol
tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik
dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan
memaksa.
3.
Pendekatan
Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu
proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu
kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin
kebebasan anak didik.
F.
Penataan Ruang Kelas
Meneciptakan suasana belajar yang
menggairahkan perlu memeperhatikan peraturan/penataan ruang
kelas/belajar. Penyusunan dan pengaturan belajar hendaknya
memungkinkan anak didik duduk berkelompok dan memudahkan anak didik
bergerak secara leluasa. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang
diperhatikan adalah:
1. Ukuran dan
bentuk kelas
2. Bentuk serta
ukuran bangku dan meja anak didik
3. Jumlah anak
didik dalam kelas
4. Jumlah anak
didik dalam setiap kelompok
5. Jumlah
kelompok dalam kelas
Komposisi anak didik dalam kelompok
(seperti anak didik pandai dengan anak didik kurang pandai, pria dengan
wanita).[5]
[1] Khoiri. 2008. Pembelajaran
Kreatif dengan Peraga. http://www.indopos.co.id/. Diakses
tanggal 18 juni 2017.
[4] Syaiful Bahri
Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar I, 206
[5] Syaiful Bahri Djamarah,
Guru dan Anak didik dalam Interaksi
Edukatif, (Jakarta :Rineka Cipta, 2002) 174
No comments:
Post a Comment