GERAKAN-GERAKAN PEMBAHARUAN PENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam
Dosen pembimbing :
Drs. M. ARIF AM, M.A.
Oleh :
Riska Nur Maulidia
M. Kiromul Muslim
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA
Nglawak Kertosono Nganjuk
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai upaya untuk membangun sumber daya manusia memerlukan wawasan yang sangat luas, karena pendidikan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia, baik dalam pemikiran maupun dalam pengalamannya. Pengkajian filosofis terhadap pendidikan mutlak diperlukan, karena kajian seperti ini akan melihat pendidikan dalam suatu realitas yang komperhensip.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang kajian filosofis yang berkaitan tentang gerakan – gerakan pembaharuan pendidikan yang di dalamnya akan memuat gerakan developmentalisme, progresivisme, rekonstruksionalisme, esensialisme, dan parenialisme, bagaimana pemikiran mereka dan siapa saja tokoh – tokohnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
- Bagaimanakah pemikiran dari gerakan progresivisme dan siapa saja tokohnya?
- Bagaimanakah pemikiran dari gerakan rekonstruksionalisme dan siapa saja tokohnya?
- Bagaimanakah pemikiran dari gerakan developmentalisme dan siapa saja tokohnya?
- Bagaimanakah pemikiran dari gerakan esensialisme dan siapa saja tokohnya?
- Bagaimanakah pemikiran dari gerakan perenialisme dan siapa saja tokohnya?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
- Untuk memahami pemikiran dari gerakan progresivisme beserta tokohnya
- Untuk memahami pemikiran dari gerakan rekonstruksionalisme beserta tokohnya
- Untuk memahami pemikiran dari gerakan developmentalisme beserta tokohnya
- Untuk memahami pemikiran dari gerakan esensialisme beserta tokohnya
- Untuk memahami pemikiran dari gerakan perenialisme beserta tokohnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gerakan Progresivisme
- Latar Belakang
Gerakan progresivisme didirikan pada tahun 1918. Selama 20 tahunan gerakan ini merupakan suatu gerakan yang kuat di Amerika Serikat. Kaum progresif mengkritik filsafat Dewey. Perubahan masyarakat yang dilontarkan Dewey adalah perubahan secara evolusi, sedangkan kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar lebih cepat mencapai tujuan.[1]
Gerakan progresif terkenal luas karena reaksinya terhadap formalisme dan sekolah tradisional yang membosankan, yang menekankan disiplin keras, belajar keras, belajar pasif dan hal – hal yang tidak bermanfaat dalam pendidikan.
Pada tahun 1944 gerakan ini dibubarkan dan memilih ganti nama menjadi “ American Educational fellowship “.
- Strategi progresif
Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar dimasa mendatang. Untuk mempersiapkan siswa untuk suatu masa depan adalah membekali mereka dengan strategi – strategi pemecahan masalah.
Orang – orang progresif merasa bahwa kehidupan itu berkembang dalam satu arah positif dan bahwa umat manusia dipercaya untuk bertindak dalam minat terbaik mereka sendiri.
- Pendidikan Progresivisme
Progresivisme didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus terpusat pada anak ( child – centered ) bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Asumsi kaum progresif adalah sebagai berikut:
a Muatan kurikulum harus diperoleh dari minat – minat siswa bukannya dari disiplin – disiplin akademik.
b Pengajaran dikatakan efektif jika mempertimbangkan anak secara menyeluruh dan minat – minat serta kebutuhan – kebutuhannya dalam hubungannya dengan bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.
c Pembelajaran pada pokoknya aktif bukan pasif
d Tujuan pendidikan adalah mengajar para siswa berfikir secara rasional sehingga mereka menjadi cerdas, yang memberi kontribusi pada anggota masyarakat.
e Disekolah, para siswa mempelajari nilai personal dan nilai sosial.
f Umat manusia ada dalam suatu keadaan yang berubah secara konstan, dan pendidikan memungkinkan masa depan yang lebih baik.
- Tokoh Progresif
George Axtelle, William O. Stanley, Ernest Bayley adalah sebagian tokoh progresif
B. Gerakan Perenialisme
Perenialisme adalah gerakan dalam pendidikan yang lahir pada abad ke – 20. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah jalan mundur ke belakang, dengan menggunakan kembali nilai – nilai yang umum yang kuat pada zaman kuno dan abad pertengahan. Pandangan Plato dan Aristoteles mewakili peradapan Yunani kuno, serta Thomas Aquina dari abad pertengahan.[2]
1. Pendidikan Perenialisme
Perenialisme memandang kebenaran sebagi hal yang konstan abadi dan perenial. Tujuan pendidikan menurut pemikiran perenialis adalah memastikan bahwa para siswa memperoleh pengetahuan tentang gagasan besar yang tidak berubah.
Beberapa prinsip pendidikan perenialisme secara umum yaitu:
a Walaupun perbedaan lingkungan, namun pada hakikatnya manusia dimanapun dan kapanpun ia berada adalah sama. Robert M. Hutckin sebagi pelopor perenialisme di Amerika Serikat, mengemukakan bahwa manusia pada hakikatnya adalah hewan rasional ( ini adalah pandangan Aristoteles ). Pendidikan harus sama bagi semua orang, dimanapun dan kapanpun ia berada, begitu pula tujuan pendidikan harus sama, yaitu memperbaiki manusia sebagai menusia.
b Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi. Manusia harus menggunakannya untuk mengarahkan sifat bawaannya, sesuai dengan tujuan yang ditentukan.
c Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan abadi.
d Pendidikan bukan merupakan peniruan dari hidup, melainkan persiapan untuk hidup.
e Siswa seharusnya mempelajari karya – karya besar yang menyangkut sejarah, filsafat, seni dan literatur yang berhubungan dengan kehidupan sosial, terutama politik dan ekonomi.
2. Tokoh Perenialisme
Tokoh perenialisme adalah Robert Maynart Hutchins seorang rektor The University of Chicago dan Mortimer Adler.
C. Gerakan Developmentalisme
Developmentalisme bukan merupakan bangunan filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan yang muncul pada abad ke – 19. Developmentalisme berpendapat, proses pendidikan adalah proses perkembangan jiwa.[3]
Tokoh – tokoh dalam gerakan ini adalah Pestalozzi, Johan Fredrich Herbart, Fredrich Wilhem Frobel ( Jerman ) dan Stanley Hall ( AS ).
Konsep – konsep pendidikan yanng dicetuskan oleh gerakan ini adalah:
a Mengaktualisasikan semua potensi anak yang masih laten, membentuk watak susila dan kepribadian yang harmonis, serta meningkatkan derajat sosial manusia.
b Dengan pengembangan yang dikontrol, membentuk tanggapan, mengembangkan insting anak melalui indra dan emosional menjadi pengetahuan dan moral akan membuat anak mengaktualisasi semua potensi.
c Pengembangan dilakukan sejalan dengan tingkat perkembangan anak.
D. Gerakan Essensialisme
Esesensialisme dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes terhadap skeptisisme dan sinisme dari gerakan Progresisvisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial. Menurut Esesensialisme, nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah selama beratus tahun, dan di dalamnya telah teruji dalam gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu.[4]
1. Tokoh Bagley (1874-1946)
a William C. Bagley lahir di Detroit. Ia memasuki Universitas Negeri Michigan, danUniversitas Wisconsin, dan menerima gelar Doktor dari Universitas Cornell tahun 1900. setelah mengajar di sekolah umum dan sekolah guru di Illinois dan mengajar di Universitas Illinois, dalam tahun 1917 ia mengajar di Sekolah Tinggi Guru (Teachers College) di Universitas Columbia selama lebih dari 20 tahun, dan pensiun dalam tahun 1940.
b Dalam perjalanan karirnya, ia menyunting Jurnal Asosiasi Pendidikan Nasional (Journal of the Nationa Education Assiation), dan penerbitan berkala serta menjabat sebagai Presiden Dewan Nasional (NEA’s Naitional Council of Education).
2. Teori Pendidikan
a Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian adalah berharga untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh keterampilan. Keterampilan-keterampilan, sikap-sikap, dan nilai-nilai yang tepat, membentuk unsur-unsur ayng inti (esensial) dari sebuah pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau kecerdasan.
b Metode Pendidikan
1. Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered).
2. Umumnya diyakini bahwa pelajar tidak betul-betul mengetahui apa yang diinginkan, dan mereka haru dipaksa belajar. Oleh karena itu pedagogi yang bersifat lemah-lembut harus dijauhi, dan memusatkan diri pada penggunaan metode-metode tradisional yang tepat.
3. Metode utama adalah latihan mental, misalnya melalui diskusi dan pemberian tugas; dan penguasan pengetahuan, misalnya melalui penyampaian informasi dan membaca.
c Kurikulum
1. Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang pokok.
2. Kurikulum Sekolah Dasar ditekankan pada pengembangan keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan matematika.
3. Kurikulum Sekolah Menengah menekankan pada perluasan dalam mata pelajaran matematika, ilmu kealaman, humaniora, serta bahasa dan sastra. Penguasaan terhadap mata-mata pelajaran tersebut dipandang sebagai suatu dasar utama bagi pendidikan umum yang diperlukan untuk dapat hidup sempurna.
d Pelajar
Siswa adalah makhluk rasional dalam kekuasaan fakta dan keterampilan-keterampilan pokok yang siap melakukan latihan-latihan intelektif atau berpikir.
e Pengajar
1. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas.
2. Gruru berperanan sebagai sebuah contoh dalam pengawalan nilai-nilai dan penguasaan pengetahuan atau gagasan-gagasan.
E. Gerakan Rekonstruksionalisme
Sebagaimana yang dinyatakan oleh caroline Pratt ( 1948 ), seorang rekonstruksionis sosial yang berpengaruh saat itu; “ nilai terbesar suatu sekolah harus menghasilkan manusia – manusia yang dapat berfikir secara efektif dan bekerja secara konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya “.
Singkatnya, sekolah – sekolah tidak hanya harus mentransmisikan pengetahuan mengenai tatanan sosial yang ada, melainkan juga harus berusaha merekontruksinya.
Rekontruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasari atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dal melibatkan diri dengan masalah – masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang ini. Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.
Aliran ini berpendapat bahwa sekolah harus mendominasi / mengarahkan perubahan atau rekonstruksi pada tatanan sosial saat ini.
- Sekolah Sebagai Agen Perubahan Sosial
George S. Counts sebagai pelopor rekonstruksionisme dalam publikasinya “ Dare The School Buld a New Social Order “, mengemukakan bahwa sekolah akan betul – betul berperan apabila sekolah menjadi pusat bangunan masyarakat baru secara keseluruhan, membasmi kemelaratan, peperangan dan kesukuan. Masyarakat yang menderita kesulitan ekonomi dan masalah – masalah sosial yang besar merupakan tantangan bagi pendidikan untuk menjalankan perannya sebagai agen pembaharuan dan rekonstruksi sosial.
- Teori Pendidikan
a Pendidikan merupakan usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial.
b Tujuan pendidikan adalah bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal. Transmisi budaya adalah esensial dalam masyarakat yang majemuk.
c Kurikulum sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya yang ditentukan atau disukai. Semua budaya dan nilai – nilai yang berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum.
- Tokoh – tokoh Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg
- Kedudukan Siswa
Nilai – nilai budaya siswa yang dibawa ke sekolah merupakan hal yang berharga.
- Peranan Guru
Guru harus menunjukan rasa hormat yang sejati ( ikhlas ) terhadap semua budaya, baik dalam hal lainnya. Pelajaran sekolah harus mewakili budaya masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Gerakan Progresivisme
Gerakan ini didirikan pada tahun 1918. Tokoh – tokohnya adalah George Axtelle, William O. Stanley, Ernest Bayley. Kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar lebih cepat mencapai tujuan.
- Gerakan Perenialisme
Gerakan ini lahir pada abad ke – 20. Tokoh – tokohnya adalah Maynart Hutchins seorang rektor The University of Chicago dan Martimer Adler. Gerakan ini menentang pandangan progresif yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh adalah jalan mundur ke belakang, dengan menggunakan kembali norma dan nilai zaman kuno dan pertengahan.
- Gerakan Developmentalisme
Gerakan ini muncul pada abad ke – 19. Tokoh – tokohnya adalah Pestalozzi, Johan fredich Herbart, Fredrich Wilhem Frobel dan Stanley Hall. Gerakan ini berpendapat dan mempunyai konsep yaitu mengaktualisasikan semua potensi anak.
- Gerakan Essensialisme
Esesensialisme dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes terhadap skeptisisme dan sinisme dari gerakan Progresisvisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial. Menurut Esesensialisme, nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah selama beratus tahun, dan di dalamnya telah teruji dalam gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu
- Gerakan Rekonstruksionalisme
Gerakan ini kelanjutan dari gerakan progresivisme. Tokoh – tokohnya adalah George Count dan Harold Rugg. Menurut gerakan ini, pendidikan adalah usaha sosial. Misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Sadulloh, Uyoh. Pengantar Filsafat, ( Bandung: CV Alfabeta, 2003 )
Mudyaharjo, Redja. Pengantar Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002 )
http://maradagv.multiply.com/journal/item/24?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
No comments:
Post a Comment