QUANTUM
TEACHING
Di
Susun Untuk Memenuhi Tugas matakuliyah MSP PAI
Disusun
oleh : M Kiromul Muslim
Dosen
Pembimbing :
Juwariyah,
M.Pd.I.
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM MIFTAHUL’ULA
(STAIM)
NGLAWAK
KERTOSONO NGANJUK
2012
QUANTUM
TEACHING
A. Sejarah Pembelajaran Quantum
Teaching
Tokoh
utama di balik pembelajaran adalah Bobbi DePorter, seorang ibu rumah tangga
yang kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah semua
bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran. Dialah perintis,
pencetus, dan pengembang utama pembelajaran. Semenjak tahun 1982 DePorter
mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran di Super Camp, sebuah
lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows, Negara Bagian California,
Amerika Serikat. Super Camp sendiri didirikan atau dilahirkan oleh Learning
Forum, sebuah perusahahan yang memusatkan perhatian pada hal-ihwal pembelajaran
guna pengembanga potensi diri manusia. Dengan dibantu oleh teman-temannya,
terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki, Mark Reardon, dan Sarah
Singer Nourie, DePorter secara terprogram dan terencana mengujicobakan
gagasan-gagasan pembelajaran kepada para remaja di Super Camp selama
tahun-tahun awal dasawarsa 1980an.
Dia
belajar dari Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang
bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “Suggestology” atau
“Suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa Sugesti dapat dan pasti mempengaruhi
hasil situasi belajar, dan setiap detail apapun dapat ,memberikan sugesti
positif ataupun negatif. Istilah lain dari suggestology adalah accelerated
learning ( pemercepatan belajar).
Kemudian
metode pembelajaran merambah ke berbagai tempat dan bidang kegiatan manusia,
mulai lingkungan pengasuhan di rumah (parenting), lingkungan bisnis, lingkungan
perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas (sekolah). Hal ini menunjukkan bahwa
sebenarnya pembelajaran merupakan falsafah dan metodologi pembelajaran yang
bersifat umum, tidak secara khusus diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah. Falsafah
dan metodologi pembelajaran yang telah dikembangkan, dimatangkan, dan
diujicobakan tersebut selanjutnya dirumuskan, dikemukakan, dan dituliskan
secara utuh dan lengkap dalam buku Learning.
Teaching
dan Learning merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter
yang diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui
berbuat. Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di
kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya.
Pola Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu, Learning merupakan konsep
untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip
sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan. Jadi, Teaching
diperuntukkan guru dan Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum
sebagai pembelajar. Sebagai guru, Ibu tentunya perlu mendalami keduanya agar
bisa menyerap konsep secara utuh dan terintegrasi.
Dalam
Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang mampu memainkan berbagai
gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas, menghipnotis kelas dengan daya tarik,
dan menguatkan konsep ke dalam diri anak. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke
dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia guru. Dalam Teaching, tidak ada siswa
yang bodoh, yang ada adalah siswa yang belum berkembang karena titik sentuhnya
belum cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti, guru perlu
penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa dengan berpedoman pada segalanya
bertujuan, segalanya berbicara, mengalami sebelum pemberian nama, akui setiap
usaha, dan rayakan.
Konsep itu sukses diterapkan di Super Camp, lembaga
kursus yang dibangun de Porter. Dilakukan
sebuah penelitian untuk disertasi doktroral pada 1991, yang melibatkan sekitar
6.042 responden. Dari penelitian itu, Super Camp berhasil mendongkrak potensi
psikis siswa. Antara lain peningkatan motivasi 80%, nilai belajar 73%,
meningkatkan harga diri 84% dan melanjutkan penggunaan keterampilan 98%.
Persamaan Quantum Teaching ini diibaratkan mengikuti konsep Fisika Quantum
yaitu:
E = mc2
E = Energi (antusiasme, efektivitas
belajar-mengajar, semangat)
M = Massa
(semua individu yang terlibat, situasi, materi, fisik)
c = Interaksi (hubungan yang
tercipta di kelas)
Berdasarkan
persamaan ini dapat dipahami, interaksi serta proses pembelajaran yang tercipta
akan berpengaruh besar sekali terhadap efektivitas dan antusiasme belajar pada
peserta didik.
B. Arti Quantum Teaching
Kata
Quantum sendiri berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi
Quantum Teaching menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara
menggunakan unsur yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui
interaksi yang terjadi di dalam kelas.
Dalam
Quantum Teaching bersandar pada konsep ‘Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan
antarkan dunia kita ke dunia mereka’. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran
dengan Quantum Teaching tidak hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari
siswa. Tetapi jauh dari itu, siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan
hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar.
Dengan
Quantum teaching kita dapat mengajar dengan memfungsikan kedua belahan otak
kiri dan otak kanan pada fungsinya masing-masing. Penelitian di Universitas
California mengungkapkan bahwa masing-masing otak tersebut mengendalikan
aktivitas intelektual yang berbeda.
Otak
kiri menangani angka, susunan, logika, organisasi, dan hal lain yang memerlukan
pemikiran rasional, beralasan dengan pertimbangan yang deduktif dan analitis.
Bagian otak ini yang digunakan berpikir mengenai hal-hal yang bersifat
matematis dan ilmiah. Kita dapat memfokuskan diri pada garis dan rumus, dengan
mengabaikan kepelikan tentang warna dan irama.
Otak
kanan mengurusi masalah pemikiran yang abstrak dengan penuh imajinasi. Misalnya
warna, ritme, musik, dan proses pemikiran lain yang memerlukan kreativitas,
orisinalitas, daya cipta dan bakat artistik. Pemikiran otak kanan lebih santai,
kurang terikat oleh parameter ilmiah dan matematis. Kita dapat melibatkan diri
dengan segala rupa dan bentuk, warna-warni dan kelembutan, dan mengabaikan
segala ukuran dan dimensi yang mengikat.
C. Pembelajaran Quantum Teaching
Dalam
Quantum Teaching, guru sangat diharapkan sebagai aktor yang mampu memainkan
berbagai gaya belajar anak, mengorkestrakan kelas, menghipnotis kelas dengan
daya tarik, dan menguatkan konsep ke dalam diri anak. Prinsipnya, bawalah dunia
guru ke dunia siswa dan ajaklah siswa ke dunia guru. Dalam Quantum Teaching,
tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah siswa yang belum berkembang karena
titik sentuhnya belum cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti,
guru perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa dengan berpedoman pada
segalanya bertujuan, segalanya berbicara, mengalami sebelum pemberian nama,
akui setiap usaha, dan rayakan.
1) Teaching diarahkan untuk proses
pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan
pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Teaching terangkum dalam konsep TANDUR,
yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.
2) Learning merupakan konsep untuk
pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu
dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan.Pola Teaching terangkum dalam
konsep AMBAK yakni Apa Manfaatnya Bagiku.
D.
Paradigma Belajar Model Quantum Learning
Dalam
belajar model Quantum Learning agar dapat berjalan dengan benar ini paradigma
yang harus dianut oleh siswa dan guru adalah sebagai berikut :
a. Setiap orang adalah guru dan
sekaligus murid sehingga bisa saling berfungsi sebagai fasilitator.
b. Bagi kebanyakan orang belajar akan
sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, lingkungan dan
suasana yang tidak terlalu formal, penataan duduk setengah melingkar tanpa
meja, penataan sinar atau cahaya yang baik sehingga peserta merasa santai dan
relak.
c. Setiap orang mempunyai gaya belajar,
bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda yang merupakan pembawaan alamiah
sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan demikian perasaan nyaman dan
positif akan terbentuk dalam menerima informasi atau materi yang diberikan oleh
fasilitator.
d. Modul pelajaran tidak harus rumit
tapi harus dapat disajikan dalam bentuk sederhana dan lebih banyak kesuatu
kasus nyata atau aplikasi langsung.
E. Prinsip-prinsip Quantum Teaching
Prinsip dari Quantum Teaching,
yaitu:
1) Segalanya berbicara, lingkungan
kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran semuanya menyampaikan pesan tentang
belajar.
2) Segalanya bertujuan, siswa diberi
tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang kita ajarkan.
3) Pengalaman sebelum konsep, dari
pengalaman guru dan siswa diperoleh banyak konsep.
4) Akui setiap usaha, menghargai usaha
siswa sekecil apa pun.
5) Jika layak dipelajari, layak pula
dirayakan, kita harus memberi pujian pada siswa yang terlibat aktif pada
pelajaran kita. Misalnya saja dengan memberi tepuk tangan, berkata: bagus!,
baik!, dan lain-lain.
F.
Kerangka Rancangan Belajar Quantum Teaching yang dikenal sebagai TANDUR
1) TUMBUHKAN. Tumbuhkan minat dengan
memuaskan “Apakah Manfaat Bagiku ” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar.
2) ALAMI. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat
dimengerti semua pelajar.
3) NAMAI. Sediakan kata kunci, konsep,
model, rumus, strategi sebuah “masukan”.
4) DEMONSTRASIKAN. Sediakan kesempatan
bagi pelajar untuk ‘menunjukkan bahwa mereka tahu”.
5) ULANGI. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan
menegaskan , “Aku tahu dan memang tahu ini”.
6) RAYAKAN. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan
pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan
Prinsip dapat berarti:
1) aturan aksi atau perbuatan yang diterima atau dikenal
2) sebuah hukum, aksioma, atau doktrin
fundamental. Pembelajaran juga dibangun di atas aturan aksi, hukum, aksioma,
dan atau doktrin fundamental mengenai dengan pembelajaran dan pembelajar.
Setidak-tidaknya ada tiga macam prinsip utama yang membangun sosok
pembelajaran. Ketiga prinsip utama yang dimaksud sebagai berikut:
a. Prinsip utama pembelajaran berbunyi:
Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan
Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar). Setiap bentuk
interaksi dengan pembelajar, setiap rancangan kurikulum, dan setiap metode
pembelajaran harus dibangun di atas prinsip utama tersebut. Prinsip tersebut
menuntut pengajar untuk memasuki dunia pembelajar sebagai langkah pertama
pembelajaran selain juga mengharuskan pengajar untuk membangun jembatan otentik
memasuki kehidupan pembelajar. Untuk itu, pengajar dapat memanfaatkan
pengalaman-pengalaman yang dimiliki pembelajar sebagai titik tolaknya. Dengan
jalan ini pengajar akan mudah membelajarkan pembelajar baik dalam bentuk
memimpin, mendampingi, dan memudahkan pembelajar menuju kesadaran dan ilmu yang
lebih luas. Jika hal tersebut dapat dilaksanakan, maka baik pembelajar maupun
pembelajar akan memperoleh pemahaman baru. Di samping
berarti dunia pembelajar diperluas, hal ini juga berarti dunia pengajar
diperluas. Di sinilah Dunia Kita menjadi dunia bersama pengajar dan pembelajar.
Inilah dinamika pembelajaran manusia
selaku pembelajar.
b. Dalam pembelajaran juga berlaku
prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan permainan orkestra simfoni. Selain
memiliki lagu atau partitur, pemainan simfoni ini memiliki struktur dasar
chord. Struktur dasar chord ini dapat disebut prinsip-prinsip
dasar pembelajaran . Prinsip-prinsip
dasar ini ada lima macam berikut ini.
1.
Ketahuilah bahwa Segalanya Berbicara Dalam pembelajaran quantum, segala sesuatu
mulai lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan
ruang sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar sampai
dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.
2.
Ketahuilah bahwa Segalanya Betujuan Semua yang terjadi dalam proses pengubahan
energi menjadi cahaya mempunyai tujuan. Tidak ada kejadian yang tidak
bertujuan. Baik pembelajar maupun pengajar harus menyadari bahwa kejadian yang
dibuatnya selalu bertujuan.
3.
Sadarilah bahwa Pengalaman Mendahului Penamaan Proses pembelajaan paling baik
terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh
nama untuk apa yang mereka pelajari. Dikatakan demikian karena otak manusia
berkembang pesat dengan adanya stimulan yang kompleks, yang selanjutnya akan
menggerakkan rasa ingin tahu.
4.
Akuilah Setiap Usaha yang Dilakukan dalam Pembelajaran Pembelajaran atau
belajar selalu mengandung risiko besar. Dikatakan demikian karena pembelajaran
berarti melangkah keluar dari kenyamanan dan kemapanan di samping berarti
membongkar pengetahuan sebelumnya. Pada waktu pembelajar melakukan langkah
keluar ini, mereka patut memperoleh pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan
diri mereka. Bahkan sekalipun mereka berbuat kesalahan, perlu diberi pengakuan
atas usaha yang mereka lakukan.
5.
Sadarilah bahwa Sesuatu yang Layak Dipelajari Layak Pula Dirayakan Segala
sesuatu yang layak dipelajari oleh pembelajar sudah pasti layak pula dirayakan
keberhasilannya. Perayaaan atas apa yang telah dipelajari dapat memberikan
balikan mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan
pembelajaran.
3) Dalam pembelajaran juga berlaku
prinsip bahwa pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Dengan
kata lain, pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh
karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandang sebagai jantung fondasi
pembelajaran .
G. Strategi Pembelajaran quantum
Learning
Teknologi
baru terutama multimedia mempunyai peranan semakin penting dalam pembelajaran.
Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat membawa kita kepada situasi
belajar dimana learning with effort akan dapat digantikan dengan learning with
fun. Apalagi dalam pembelajaran orang dewasa, learning with effort menjadi hal
yang cukup menyulitkan untuk dilaksanakan karena berbagai faktor pembatas,
seperti kemauan berusaha, mudah bosan dll. Jadi proses pembelajaran yang
menyenangkan, kreatif, tidak membosankan menjadi pilihan para guru/fasilitator.
Jika situasi belajar seperti ini tidak tercipta, paling tidak multimedia dapat membuat
belajar lebih efektif menurut pendapat beberapa pengajar. Sedangkan Strategi
pembelajaran yang lain, Seperti:
1. Teori otak kanan/kiri
2. Teori otak triune (3 in 1)
3. Pilihan modalitas (visual,
auditorial, dan kinestetik)
4. Teori kecerdasan ganda
5. Pendidikan holistik (menyeluruh)
6. Belajar berdasarkan pengalaman
7. Belajar dengan symbol
8. Simulasi/permainan
DAFTAR PUSTAKA.
-
Bahri Djamarah, Syaiful. 2000. Guru dan Anak Didik dalam
Interaksi Edukatif. Jakarta:PT Rineka Cipta.
-
DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 1999. Learning:
Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit KAIFA.
-
Sudjana, Nana. 1985. Teori Teori Pembelajaran. Jakarta:Lembaga
Penerbitan Ekonomi Universitas indonesia.