SILOGISME
HIPOTESIS
MAKALAH
Disusun
untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas
Mata Kuliah Logika
Dosen
Pembimbing
Muhammad
Zuhal, Mpd.I
Disusun
Oleh:
Kelompok
12:
Rachmad
Bowo W.
M. Kiromul Muslim
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL’ULA
Nglawak
Kertosono Ngamjuk
2012/2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyimlan deduksi yang telah kita kita ketahui sekedarnya dapat kita
laksanakan melalui tehnik-tehnik, silogisme kategorik baik melalui bentuk-bentuk
standarnya maupum bukan, silogisme hipotetik, silogisme diyungtif maupun
melalui dilema. Kalau permasalahan edukasi oleh sebagian ahli logika disebut
penyimpulan langsung, maka silogisme merupakan bentuk penyimpulan tidak
langsung. Dikatakan demikian karena dalam silogisme kita menyimpulkan
pengetahuan baru yang kebenarannya diambil secara sitetis dari dua
permasalahanyang dihubungkan dengan cara tertentu, yang terjadi dalam
penyimpulan edukasi.
Proposisi sebagai dasar kita mengambil kesimpulan bukanlah proposisi yang
dapat kita nyatakan dalam bentuk aposisi melainkan proposisi yang mempunyai
hubungan independen. Dua permasalah dapat kita tarik kesimpulan manakala
mempunyai term yang menghubungkan keduanya. Term ini adalah mata rantai yang
memungkinkan kita mengambil sistetis dalam permasalahan yang ada. Disamping itu
untuk dapat menghasilkan konklusi harus ada pangkalan umum tempat berpijak.
Pangkalan umum kita hubungkan dengan permasalahan yang lebih khusus melalui
term yang ada pada keduanya, maka lahirlah konklusi. Ketentuan ini berlaku
untuk silogisme termasuk silogismem hipotetik. Untuk membahas lebih lanjut
tentang silogisme hipotetik pemakalah menganbil judul makalah “SILOGISME
HIPOTETIS” untuk mengetahui bagaimana pengambilan koklusi silogisme hipotetik
dalam sebuah term yang ada.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan, rumusan masalah
sebagai berikut:
- Apakah yang dimaksud silogisme hipotetis ?
- Bagaimanakah hukum-hukum yang terdapat dalam silogisme hipotesis?
C. Tujuan
- Memahami arti silogisme hipotetis.
- Memahami hukum-hukum yang terdapat dalam silogisme hipotesis.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Silogisme
Silogisme adalah setiap penyimpulan, dimana dari
keputusan (premis-premis) disimpulkan suatu keputusan yang baru
(kesimpulan). Keputusan yang baru itu sangat berhungan erat sekali dengan
premis-premisnya, keeratannya terletak pada hal ini = jika premis-premisnya
benar, dengan sendirinya atau tidak dapat tidak disimpulkannya benar pula.
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis
mayornyaberupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi
kategorik yang menetapkan atau mengingkari term antecedent konsekwensi premis
mayornya. Proposisi hipotetik adalah proposisi yang mengandung pernyataan
kebenaran dengan adanya syarat. Sedangkan proposisi kategorik adalah proposisi
yang mengandung pernyataan tanpa adanya syarat.
Sebenarnya silogisme hipotetik tidak mempunyai prermis
mayor maupun minor karena kita ketahui premis mayor itu mengandung term
predikat pada konklusi sedangkan premis minor itu mengandung term subjek pada
konklusi.
Pada silogisme hipotetik term konklusi adalah term
yang kesemuanya dikandung oleh premis mayornya, mungkin bagian anteseden atau
kosuensinya tergantung oleh bagian yang diakui atau dipungkiri oleh premis
minornya. Kita menggunakan istilah itu secara analog, karena premis pertama
mengandung permasalahan yang lebih umum, maka kita sebut premis mayor, kita
bukan menggunakan premis minor, bukan karena ia mengandung term minor,
tetapi lantaran memuat pernyataan yang lebih khusus. Ada empat macam tipe
silogisme hipotetik yakni:
- Silogisme hipotetik yang premis minornya mengkui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak
Sekarang hujan
Jadi, saya naik becak
- Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konskuensinya, seperti:
Bila hujan , bumi akan basah
Sekarang bumi telah basah
Jadi, hujan telah turun
- Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan
timbul
Politik pemerintah tidak dilaksanakan dengan paksa
Jadi, kegelisahan tidakakan timbul
- Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konskuensinya, seperti:
Bila mahasiswa turun kejalanan, pihak pengusa akan gelisah
Pihak penguasa tidak gelisah
Jadi, mahasiswa tidak turun kejalanan
B.
Hukum-Hukum Silogisme Hipotrtik
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih
mudah dibanding dengan silogisme kategorik tetapi yang penting disini adalah
menentukan kebenaran konklusinyabila premis-premisnya mirip pernyataan yang
benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen
dengan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah:
1.
Bila A terlaksana maka B juga
terlaksana
2.
Bila A tidak terlaksana maka B
tidak terlaksana (tidak sah = salah)
3.
Bila B terlaksana maka A
terlaksana (tidak sah = salah)
4.
Bila B tidak terlaksana maka A
tidak terlaksana
Kebenaran hukum diatas menjadi jelas dengan
penyelidikan sebagai berikut:
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan akan membumbung tinggi
Nah, peperangan terjadi
Jadi, harga bahan makanan membumbung tinggi
Disini diakui bahwa bila pecah perang, merupakan
hubungan kausalitas yang di akui kebenarannya. Bila peperangan betul terjadi
berarti antecedent terlaksana, maka konsekuennya juga akan terlaksana, ini
sesuai dengan patokan pertama, sehingga kesimpulannya ” harga bahan makanan
membumbung tinggi adalah benar”.
Sekarang bagaimana peperangan tidak terjadi? Apakah
berarti harga makanan tidak membumbung tinggi? Membumbung tinggi harga bahan
makanan tidak hanya terlaksana bila perang terjadi, tetapi bisa oleh sebab
lain, misalnya karena permintaan naik sedangkan kuantitas barang tidak
bertambah. Jadi pecahnya peperangan hanya merupakan salah satu sebab naiknya
hargabahan makanan. Bila perang tidak terjadi, harga barang bisa naik oleh
sebab lain yang mendahuluinya. Dalam hal ini berlaku kemungkinan kedua.
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membumbung tinggi
Nah, peperangan tidak terjadi
Jadi, harga bahan makanan tidak membumbung tinggi
Sekarang bila bahan makanan membumbung tinggi, apakah peperangan pasti
terjadi?
Membumbungnya harga bahan makanan tidak hanya
disebabkan oleh terjadinya peperangan. Karena itu harga bahan makanan naik
tidak harus disebabkan oleh terjadinya peperangan, tetapi mungkin oleh sebab
lain.
Disini berlaku kemungkinan ketiga.
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membumbung tinggi
Nah, sekarang harga bahan makanan membumbung tinggi
Jadi, peperangan terjadi (tidak sah = salah)
Sekarang bagaimana jika harga makanan tidak membumbung
tinggi? Bila bahan makanan tidak membumbung tinggi, berarti tidak ada sebab
yang mendahuluinya, termasuk peperangan yang menjadi salah satu sebabnya.
Disini terjadi kemungkinan keempat.
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membumbung tinggi
Nah, harga bahan makanan tidak membumbung tinggi
Jadi, peperangan tidak terjadi
Diatas sudah dijelaskan sebentar mengenai apa yang
disebut silogisme hipotesis. Dalam bagian ini silogisme tersbut mau di uraikan
sedikit lebih lanjut.
Silogisme hipotesis terdiri atas silogisme hipotesis
kondisional, silogisme hipotesis disyungtif dan silogisme hipotesis konyungtif.
- Silogisme Hipotesis Kondisional
Silogisme ini adalah silogisme yang premis mayornya
berupa keputusan kondisional. Keputusan kondisional itu terdiri atas dua bagian
yaitu: jika............, maka.........., bagian yang satu dinyatakan
benar, kalau syarat yang dinyatakan dalam bagian yang lain terpenuhi.
Bagian keputusan kondisional yang mengandung syarat
disebut antesedens. Dan bagian keputusan yang mengandung apa yang disyaratkan
disebut consequen. Sebutan itu tidak berubah, meskipun urutan keduanya diubah.
Yang merupakan inti dari keputusan kondisional ialah
hubungan antara antesedens dan consequennya. Karena itu, keputusan konsional
benar, kalau hubungan bersyarat yang dinyatakan didalamnya benar. Keputusan itu
salah, kalau hubungan itu tidak benar.
Hukum-hukum silogisme hipotesis kondisional
a. Kalau antecedensnya benar dan
hubungannya lurus, maka consequennya juga benar
b. Kalau consequenmya salah maka
antecedensnya juga salah
Artinya premis mayor suatu silogisme kondisional
merupakan suatu keputusan kondisional yang benar. Premis mayor itu, misalnya
berbunyi “jika hujan, aku tidak pergi”. Antesedensnya adalah “jika hujan”.
Cosequennya adalah “aku tidak pergi”. Jika antesedensnya disebut A, dan
consequennya B, akan terjadilah yang berikut ini.
·
Jika A benar, B juga benar
·
Jika B salah, B juga salah
·
Jika A salah, B dapat salah
tetapi juga dapat benar
·
Jika B benar, A dapat salah
tetapi juga dapat benar
- Silogisme Hipotesis Disyungtif
Silogisme ini adalh silogisme yang premis mayornya
terdiri dari keputusan disyungtif.premis minor mengakui atau memungkiri salah
satu kemungkinan yang sudah disebutdalam premis mayor. Kesimpulam mengandung
kemungkinan yang lain.
Silogisme hipotesis disyungtif dibedakan menjadi:
silogisme hipotesis disyungtif dalam arti sempit dan silogisme hipotesis
disyungtif dalam arti yang luas.
·
silogisme hipotesis diyungtif dalam arti sempit
Silogisme ini hanya mengandung dua kemungkinan, tidak
lebih dan tidak kurang. Keduanya
tidak dapat sama-sama benar. Tidak ada kemungkinan yang ketiga
·
silogisme hipotesis diyungtif dalam arti luas
Dalam
silogisme ini terdapat dua kemungkinan yang harus dipilih. Tetapi kedua
kemungkinan ini dapat sama-sama benar juga. Jika kemungkinan yang satu benar,
kemungkinan yang lain mungkin benar juga. Kedua kemungkinan itu bisa
dikombinasikan. Kombinasi ini menunjukkan adanya kemungkinan yang ketiga.
Karena itu silogisme ini praktis tidak bisa dipakai untuk membuktikan sesuatu.
Misalnya: Dialah yang pergi
atau saya
Dia pergi
Jadi, (tidak dapat
disimpulkan bahwa saya tidak pergi)
Contoh ini menunjukkan adanya
kemungkinan yang ketiga. Kemungkinan itu ialah: dia dan sayaperdi
bersama-sama.
silogisme
diyungtif dalam arti sempit nampak dalam dua corak
1. corak yang satu ialah
: mengakui satu bagian disyungsi dalam premis minor. Bagian yang lainnya
dimungkiri dalam kesimpulan. Corak ini disebut ‘modus ponendo tollens’
misal: mobil kita diam
atau bergerak
karena diam jadi tidak
bergerak
2. corak yang lain ialah
: memungkiri satu bagian disyungsidalam premis minor. Dalam kesimpulan bagian
lainnya di akui.corak ini disebut ‘modus tollendo ponens’.
Misal: mobil kita diam
atau tidak diam
Karena tidak bergeak , berarti
diam.
- Silogisme Hipotesis Konyungtif
Silogisme
ini adalah silogisme yang premis mayornya berupa keputusan konyungtif.
Keputusan konyungtif adalah keputusan dimana persesuaian beberapa predikat
untuk satu subyek disangkal. Supanya keputusan itu sungguh konyungtif dituntut
supanya antara predikat ada perlawanan. Misalnya : budi tidak mungkin sekaligus
bergerak dan beristirahat.
Silogisme ini bisa nampak
dalam dua kemungkinan.
1.
Kemungkinan yang pertama disebut afirmatif-negatif.
Artinya, premis minor
afirmatif dan kesimpulannya negatif.
Misal: kartu tidak mungkin
sekaligus putih dan hitam
Kartu itu putih
Jadi, kartu itu bukan hitam
2. Kemungkinan yang kedua disebut
negatif-afirmatif.
Artinya, premis minor negatif dan kesimpulannnya afirmatif.
Misal: kartu tidak mungkin sekaligus putih dan hitam
Kartu itu tidak hitam
Jadi, kartu itu hitam
Ada hukum yang mengatur silogisme hipotetis konyungtif
ini. Hukum itu didasarkan atas hukum perlawanan kontraris (A-E): jika yang satu
benar, yang lain tentu salah. Jika yang satu salah, yang lain tidak pasti benar
( artinya, dapat benar, tetapi juga dapat salah). Dan masih ada kemungkinan
yang ketiga, yakni kedua-duanya sama-sama salah. Karena itu, kalau yang satu
benar, maka yang lain pasti salah. Dan kalau yang satu salah maka yang lainnya
tidak pasti benar.
Karena itu kemungkinan yang pertama membuahkan
kesimpulan yang tepat, benar. Sedangkan kemungkinan yang kedua tidak
menghasilkan kesimpulan yang tepat, benar. Namun kalau kedua keputusan
konyungtif merupakan merupakan perlawanan kontradiktoris, maka semua
kemungkinan menghasilkan kesimpulan yang tepat, benar.
Misalnya: Mobil kita tidak mungkin sekaligus bergerak dan diam.
Mobil kita tidak diam.
Jadi, mobil kita bergerak.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Silogisme adalah setiap penyimpulan, dimana dari keputusan
(premis-premis) disimpulkan suatu keputusan yang baru (kesimpulan).
Keputusan yang baru itu sangat berhungan erat sekali dengan premis-premisnya,
keeratannya terletak pada hal ini = jika premis-premisnya benar, dengan
sendirinya atau tidak dapat tidak disimpulkannya benar pula.
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornyaberupa proposisi
hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi kategorik yang menetapkan
atau mengingkari term antecedent konsekwensi premis mayornya. Proposisi
hipotetik adalah proposisi yang mengandung pernyataan kebenaran dengan
adanya syarat. Sedangkan proposisi kategorik adalah proposisi yang mengandung pernyataan
tanpa adanya syarat. Jadwal hukum silogisme hipotetik adalah:
a.
Bila A terlaksana maka B juga terlaksana
b.
Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana (tidak sah = salah)
c.
Bila B terlaksana maka A terlaksana (tidak sah = salah)
d.
Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana
Daftar
pustaka
Lanur, Alex.
1983. Logikka selayang pandang. Yogyakarta: Kanisius.
Mundiri.1994. logika. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada