Social Icons

Tuesday, November 6, 2012

Mukjizat Al-Qur'an



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Salah satu objek penting lainya dalam kajian ‘Ulumul Qur’an’ adalah perbincangan mengenai mukjizat. Persoalan mukjizat, terutama mukjizat Al-Qur’an , sempat menyeret para teolog klasik dalam perdebatan yang berkepenjangan, terutama antara teolog dari kalangan Mu’tazilah dan para teolog dari kalangan Ahlussunnah mengenai konsep shirfah.
Dengan perantara mukjizat, Allah mengingatkan manusia bahwa para rasul itu merupakan utusan yang mendapat dukungan dan bantuan dari langit. Mukjizat yang telah diberikan kepada para nabi mempunyai fungsi yang sama, yaitu memainkan perananya dan mengatasi kepandaian kaumnya disamping membuktikan bahwa kekuasaan Allah itu berada diatas segala-galanya.
Suatu umat yang tinggi pengetahuanya dalam ilmu kedokteran, misalnya tidak wajar dituntun dengan mukjizat dalam ilmu tata bahasa, begitu pula sebaliknya. Tuntunan dan pengarahan yang ditunjukan pada suatu umat harus berkaitan dengan pengetahuan mereka karena Allah tidak akan mengarahkan suatu umat pada hal-hal yang tidak mereka ketahui. Tujuanya adalah agar tuntunan dan pengarahan Allah bermakna. Disitulah letak mukjizat yang telah diberikan kepada para Nabi.

B.     Perumusan Masalah
Agar lebih memperjelas tentang mukjizat Al-Qur’an. Maka penulis merumuskan masalah mukjizat sebagi berikut:
1.    Apa pengertian mukjizat?
2.    Apa macam-macam mukjizat?
3.    Apa saja bukti historis kegagalan menandingi Al-Qur'an?
4.    Bagimana segi-segi kemukjizat Al-Qur'an


C.     Tujuan Penulisan
  1. Untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Ulumul Qur’an .
  2. Untuk mengetahui seluk-beluk mukjizat Al-Qur’an dan menambah wawasan pengetahuan, khusunya dalam bidang Kemukjizatan Al-Qur’an.

BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Mukjizat
Menurut bahasa kata Mu’jizat berasal dari kata i’jaz diambil dari kata kerja a’jaza-i’jaza yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz. Bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, ia dinamai mu’jizat.
Menurut istilah Mukjizat adalah  peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku Nabi, sebagai bukti kenabiannya. Dengan redaksi yang berbeda, mukjizat didefinisikan pula sebagai suatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah SWT. Melalui para Nabi dan Rasul-Nya, sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulannya.
Kata I’jaz dalam bahasa Arab berarti menganggap lemah kepada orang lain. Sebagimana Allah berfirman:

(المائدة: 31)أَعْجَزَتُ أَنْ أَكُوْنَ مِثْلَ هَذَاالْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْءَةَ أَخِيْ
“…Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini” (QS. Al Maidah (5): 31)

Maksud kumukjizatan Al-Qur’an bukan semata mata untuk melemahkan manusia atau menyadarkan mereka atas kelemahanya untuk mendatangkan semisal Al-Qur’an akan tetapi tujuan yang sebenarnya adalah untuk menjelaskan kebenaran Al-Qur’an dan Rasul yang membawanya dan sekaligus menetapkan bahwa sesuatu yang dibawa oleh mereka hanya sekedar menyampaikan risalah Allah SWT, mengkhabarkan dan menyerukan.

Unsur-unsur mukjizat, sebagaimana dijelaskan oleh Quraish Shihab, adalah:
1.  Hal atau peristiwa yang luar biasa
Peristiwa-peristiwa alam, yang terlihat sehari-hari, walaupun menakjubkan, tidak dinamai mukjizat. Hal ini karena peristiwa tersebut merupakan suatu yang biasa. Yang dimaksud dengan “luar biasa” adalah sesuatu yang berbeda di luar jangkauan sebab akibat yang hukum-hukumnya diketahui secara umum. Demikian pula dengan hipnotis dan sihir, misalnya sekilas tampak ajaib atau luar biasa, karena dapat dipelajari, tidak termasuk dalam pengertian “luar biasa” dalam definisi di atas.
2. Terjadi atau dipaparkan oleh seseorang yang mengaku Nabi.
Hal-hal di luar kebiasaan tidak mustahil terjadi pada diri siapapun. Apabila keluarbiasaan tersebut bukan dari seorang yang mengaku Nabi, hal itu tidak dinamai mukjizat. Demikian pula sesuatu yang luar biasa pada diri seseorang yang kelak bakal menjadi Nabi ini pun tidak dinamai mukjizat, melainkan irhash. Keluarbiasaan itu terjadi pada diri seseorang yang taat dan dicintai Allah, tetapi inipun tidak disebut mukjizat, melainkan karamah atau kerahmatan. Bahkan, karamah ini bisa dimiliki oleh seseorang yang durhaka kepada-Nya, yang terakhir dinamai ihanah (penghinaan) atau Istidraj (rangsangan untuk lebih durhaka lagi).
Bertitik tolak dari kayakinan umat Islam bahwa Nabi Muhammad SAW. adalah Nabi terakhir, maka jelaslah bahwa tidak mungkin lagi terjadi suatu mukjizat sepeninggalannya. Namun, ini bukan berarti bahwa keluarbiasaan tidak dapat terjadi dewasa ini.
3. Mendukung tantangan terhadap mereka yang meragukan kenabian
Tentu saja ini harus bersamaan dengan pengakuannya sebagai Nabi, bukan sebelum dan sesudahnya. Di saat ini, tantangan tersebut harus pula merupakan sesuatu yang berjalan dengan ucapan sang Nabi. Kalau misalnya ia berkata, “batu ini dapat bicara”, tetapi ketika batu itu berbicara, dikatakannya bahwa “Sang penantang berbohong”, maka keluarbiasaan ini bukan mukjizat, tetapi ihanah atau istidraj

4. Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani
Bila yang ditantang berhasil melakukan hal serupa, ini berarti bahwa pengakuan sang penantang tidak terbukti. Perlu digarisbawahi di sini bahwa kandungan tantangan harus benar-benar dipahami oleh yang ditantang. Untuk membuktikan kegagalan mereka, aspek kemukjizatan tiap-tiap Nabi sesuai dengan bidang keahlian umatnya.

B.     Macam-macam Mukjizat
Secara garis besar, mukjizat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat yang bersifat material indrawi yang tidak kekal dan mukjizat immaterial, logis, dan dapat dibuktikan sepanjang masa. Mukjizat nabi-nabi terdahulu merupakan jenis pertama. Mukjizat mereka bersifat material dan indrawi dalam arti keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan dan dijangkau langsung lewat indra oleh masyarakat tempat mereka menyampaikan risalahnya
Perahu Nabi Nuh yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang demikian dahsyat. Tidak terbakarnya Nabi Ibrahim a.s dalam kobaran api yang sangat besar; berubah wujudnya tongkat Nabi Musa a.s. menjadi ular; penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s. atas izin Allah, dan lain-lain, kesemuanya bersifat material indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat mereka berada, dan berakhir dengan wafatnya mereka. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad SAW, yang sifatnya bukan indrawi atau material, tetapi dapat dipahami akal. Karena sifatnya yang demikian, ia tidak dibatasi oleh suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat Al-Qur’an dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya dimana dan kapanpun.


1.     Para Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW, ditugaskan untuk masyarakat dan masa tertentu. Karena itu, mukjizat mereka hanya berlaku untuk masa dan masyarakat tersebut, tidak untuk sesudah mereka. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad  yang diutus seluruh umat manusia sampai akhir zaman sehingga bukti ajaranya harus selalu ada dimana dan kapanpun berada.
2.     Manusia mengalami perkembangan dalam pemikiranya. Umat para Nabi khususnya sebelum Nabi Muhammad membutuhkan bukti kebenaran yang sesuai dengan tingkat pemikiran mereka. Bukti tersebut harus demikian jelas dan langsung terjangkau oleh indra mereka. Akan tetapi, setelah manusia  mulai menanjak ke tahap kedewasaan berpikir, bukti yang bersifat indrawi tidak dibutuhkan lagi.

C.     Bukti Historis Kegagalan Menandingi Al-Qur'an
Al-Qur'an digunakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk menantang orang-orang pada masanya dan generasi sesudahnya yang tidak mempercayai kebenaran Al-Qur'an sebagai firman Allah (bukan ciptaan Muhammad) dan risalah serta ajaran yang dibawanya. Terhadap mereka, sungguhpun memiliki tingkat fashahah dan balaghah yang tinggi di bidang bahasa Arab, Nabi memintanya untuk menandingi Al-Qur'an dalam tiga tahapan:
1.   Mendatangkan semisal Al-Qur'an secara keseluruhan, sebagaimana dijelaskan pada surat Al-Isra (17) ayat 88:
“Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian lain.” (Al-Isra (17): 88)

2.    Mendatangkan sepuluh surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan dalam surat Hud (11) ayat 13 berikut
“Bahkan mereka mengatakan, Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu. “ Katakanlah, kalu demikian, maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat menyamai, dan panggilah orang-orang yang kamu sanggup memanggilnya selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar” (Q.S. Hud [11]: 13)
3.    Surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al-Qur'an, sebagaimana dijelaskan oleh surat Al-Baqarah (2) ayat 23:
 “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kami orang-orang yang benar” (QS. Al Baqarah (2): 23)
Sejarah telah menunjukan bahwa jawaban orang-orang Arab ternyata gagal menandingi Al-Qur'an. Inilah beberapa catatan sejarah yang memperlihatkan kegagalan itu:
1.        Pemimpin Quraisy pernah mengutus Abu Al-Walid, seorang sastrawan ulung yang tiada bandingannya untuk membuat sesuatu yang mirip dengan Al-Qur'an ketika Abu Al-Walid berhadapan dengan Rasulullah SAW. Yang membaca surat Fushilat, ia tercengang mendengar kehalusan dan keindahan gaya bahasa Al-Qur'an dan ia pun kembali pada kaumnya dengan tangan hampa.
2.        Musailamah bin Habib Al Kadzdzab yang mengaku sebagai Nabi juga pernah berusaha mengubah sesuatu yang mirip dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Ia mengaku bahwa dirinyapun mempunyai Al-Qur'an yang diturunkan dari langit dan dibawa oleh Malaikat yang bernama Rahman. Di antara gubahan-gubahannya yang dimaksudkan untuk mendandingi Al-Qur'an itu adalah antara lain:
“Hai katak, anak dari dua katak. Bersihkan apa saja yang akan engkau bersihkan, bagian atas engkau di air dan bagian bawah engkau di tanah”.
Ketika itu pula, ia merobek-robek apa saja yang telah ia kumpulkan dan merasa malu tampil di depan khalayak ramai. Setelah peristiwa itu ia mengucapkan kata-katanya yang masyhur:
“Demi Allah, siapapun yang tidak akan mampu mendatangkan yang sama dengan Al-Qur'an.”

D.    Segi-segi Kemukjizat Al-Qur'an
1.    Gaya Bahasa
Gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab pada saat itu merasa kagum dan terpesona, bukan saja orang-orang mukmin, tetapi juga bagi orang-orang kafir. Kehalusan ungkapan bahasanya membuat banyak diantara mereka masuk Islam. Bahkan, Umar bin Khattab pun yang mulanya dikenal sebagai orang yang paling memusuhi nabi Muhammad SAW, dan bahkan berusaha membunuhnya, memutuskan masuk Islam dan beriman pada kerasulan Muhammad hanya karena membaca petikan ayat-ayat Al-Qur-an. Susunan Al-Qur-an tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apa pun.
2.      Susunan Kalimat
Kendatipun Al-Qur-an, hadis qudsi, dan hadis nabawi sama-sama keluar dari mulut nabiu, terapi uslub (style) atau susunan bahasanya sangat jauh berbeda. Uslub bahasa Al-Qur-an jauh lebih tinggi kualitasnya bila dibandingkan dengan lainya. Al-Qur-an muncul dengan uslub yang begitu indah. Didalam uslub tersebut terkandung nilai-nilai istimewa yang tidak akan pernah ada ucapan manusia.
3.      Hukum Illahi yang Sempurna
Al-Qur-an menjelaskan pokok-pokok aqidah, norma-norma keutamaan, sopan-santun, undang-undang ekonomi, politik, sosial, dan kemasyarakatan, serta hukum-hukum ibadah. Al-Qur-an menggunakan dua cara tatkala menetapkan sebuah ketentuan hukum, yakni:
a.  Secara global
Persoalan ibadah umumnya diterangkan secara global, sedangkan perincianya diserahkan kepada ulama melalui ijtihad.
b.      Secara terperinci
Hukum yang dijelaskan secara terperinci adalah yang berkaitan dengan utang piutang, makanan yang halal dan yang haram, memelihara kehormatan wanita, dan masalah perkawinan.
4.      Ketelitian Redaksinya
Ketelitian redaksi Al-Qur-an bergantung pada hal berikut:
a.  Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya.
b.  Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya/makna yang dikandungnya.
c.   Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukan akibatnya.
d.     Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya.
e.    Disamping keseimbangan-keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbang khusus
1.    Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun, sedangkan kata hari yang menunjukan bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), berjumlah tiga puluh, sama dengan jumnlah hari dalam sebulan. Disisi lain, kata yang berarti bulan (syahr) hanya terdapat dua belas kali sama dengan jumlah bulan dalam setahun.
2.   Al-Qur-an menjelaskan bahwa langit itu ada tujuh macam. Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam surat Al-Baqarah [2] ayat 29, surat Al-Isra [17] ayat 44, surat Al-Mukmin [23] ayat 86, surat Al-Fushilat [41] ayat 12, surat Ath-Thalaq [65] ayat 12, surat Al-Mulk [67] ayat 3, dan surat Nuh [71] ayat 15. Selain itu, penjelasan tentang terciptanya langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam tujuh ayat.
3.     Kata-kata yang menunjukan kepada utusan Tuhan, baik rasul atau nabi atau basyir (pembawa berita gembira) atau nadzir (pemberi peringatan), kesemuanya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul dan pembawa berita tersebut, yakni 518.
5.      Berita tentang Hal-hal yang Gaib
Sebagaimana ulama mengatakan bahwa sebagian mukjizat Al-Qur'an itu adalah berita gaib. Salah satu contohnya adalah Fir’aun, yang  mengejar-ngejar Nabi Musa. Hal ini, diceritakan dalam surat Yunus (10) ayat 92:

Maka pada hari Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”

Pada ayat itu ditegaskan bahwa badan Firaun akan diselamatkan Tuhan untuk menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Tidak seorang pun mengetahui hal tersebut karena telah terjadi sekitar 1.200 tahun SM. Pada awal abad ke-19, tepatnya pada tahun 1896 di lembah raja-raja Luxor Mesir, seorang ahli purbakala Loret menemukan satu mumi, yang dari data-data sejarah terbukti bahwa ia Firaun yang bernama Muniftah yang pernah mengejar Nabi Musa a.s. selain itu pada tanggal 8 Juli 1908, Elliot Smith mendapat izin dari pemerintah Mesir untuk membuka pembalut-pembalut Firaun tersebut. Apa yang ditemukannya satu jasad utuh, seperti yang diberitakan Al-Qur'an melalui Nabi yang ummy (tidak pandai membaca dan menulis)
6.      Isyarat-isyarat Ilmiah
Banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dala Al-Qur-an misalnya:
a.  Cahaya matahari bersumber dari dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan. Terdapat dalam Q.S. Yunus [10]: 5.
b.  Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakan napas, hal ini terdapat pada surat Al-An’am [6]: 25
c.  rbedaan sidik jari manusia. Terdapat dalam surat Al-Qiyamah [75]: 4
d.    Aroma/bau manusia berbeda-beda. Terdapat dalam surat Yusuf [12]: 94
e.   Masa penyusuan yang tepat dan kehamilan minimal. Terdapat dalam surat Al-Baqarah [2]: 233
f.    Adanya nurani (super ego) dan bawah sadar manusia. Terdapat dalam surat Al-Qiyamah [75]: 14
g.     Yang merasakan nyeri adalah kulit. Terdapat dalam surat Al-Qiyamah [75]: 4


















PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Dari makalah dapat di ambil kesimpulan bahwa Al-Qur'an ini adalah Mukjizat terbesar yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Kita tahu bahwa setiap Nabi diutus Allah selalu dibekali mukjizat untuk meyakinkan manusia yang ragu dan tidak percaya terhadap pesan atau misi yang dibawa oleh Nabi.
Mukjizat ini selalu dikaitkan dengan perkembangan dan keahlian masyarakat yang dihadapi tiap-tiap Nabi, setiap mukjizat bersifat menantang baik secara tegas maupun tidak, oleh karena itu tantangan tersebut harus dimengerti oleh orang-orang yang ditantangnya itulah sebabnya jenis mukjizat yang diberikan kepada para Nabi selalu disesuaikan dengan keahlian masyarakat yang dihadapinya dengan tujuan sebagai pukulan yang mematikan bagi masyarakat yang ditantang tersebut.

B.     SARAN
Demikianlah dalam hal ini penulis akhiri makalah ini tak lupa mohon maaf kepada semua pihak, kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan penulisan makalah ini selanjutnya.


Teknologi Pendidikan



ANAILISIS PERPUSTAKAAN SEBAGAI PUSAT SUMBER BELAJAR, SUMBER INFORMASI DAN INOVASI
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliyah Teknologi Pendidikan
Dosen pembimbing :
DR. M. Arif AM, MA.



Oleh :
M Kiromul Muslim
Mitakul korim

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL ‘ULA
Nglawak Kertosono Nganjuk
2012



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, buku terbukti berdaya guna dan bertepat guna sebagai salah satu sarana pendidikan dan sarana komunikasi. Dalam kaitan inilah perpustakaan dan pelayanan perpustakaan harus dikembangkan sebagai salah satu instalasi untuk mewujudkan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan merupakan bagian yang vital dan besar pengaruhnya terhadap mutu pendidikan.
Perpustakaan merupakan salah satu  sarana sebagai sumber pembelajaran yang dapat menjadi sebuah kekuatan untuk mencerdaskan bangsa. Perpustakaan mempunyai peranan penting sebagai jembatan menuju penguasaan ilmu pengetahuan yang sekaligus menjadi tempat rekreasi yang menyenangkan dan menyegarkan. Perpustakaan memberi kontribusi penting bagi terbukanya informasi tentang ilmu pengetahuan. Sedangkan perpustakaan merupakan jantung bagi kehidupan aktifitas akademik, karena dengan adanya perpustakaan dapat diperoleh data atau informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan. lalu bagaimana cara mengoptimalkan fungsi perpustakaan yaitu sebagai pusat sumber belajar, sumber informasi dan inovasi.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatasw maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
  1. Bagaimana peran perpustakaan sebagai pusat sumber belajar, sumber informasi dan inovasi ?
  2. Upaya apa saja yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas perpustakaan ?
  3. Inovasi apa saja yang dapat dilakukan perpustakaan di masa kini ?
C.    Tujuan
  1. Mengatahui peran perpustakaan sebagai pusat sumber belajar, sumber informasi dan inovasi
  2. Memahami Upaya apa saja yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas perpustakaan
  3. Mengetahui serta menerapkan Inovasi apa saja yang dapat dilakukan perpustakaan di masa kini
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Perpustakaan Sebagai Pusat Sumber Belajar, Pusat Informasi dan Inovasi
Sebagai bagian dari masyarakat informasi, kita tidak bisa terlepas dari kebutuhan informasi. Setiap orang membutuhkan informasi untuk mendukung pekerjaan atau tugas-tugasnya. Seorang banker, misalnya sangat membutuhkan informasi yang berkaitan dengan perbankan dalam usahanya. Demikian pula, seorang dokter membutuhkan informasi yang berkaitan dengan penyakit. Demikianlah setiap orang dalam kehidupannya membutuhkan informasi, baik untuk memenuhi kebutuhan kognitif, afektif, integrasi personal, integrasi sosial, dan eskapis.
Tanpa informasi, atau seandainya orang ketinggalan informasi, dapat menyebabkan orang tersebut menjadi tersisih dan terbelakang. Di sinilah peranan perpustakaan yang sangat besar. Perpustakaan menjadi pusat informasi dan sumber belajar yang tidak habis-habisnya untuk digali, ditimba dan dikembangkan. Melalui perpustakaan kita dapat saling tukar-menukar informasi, saling menambah dan memperkaya, saling menguji, dan memperoleh nilai tambah untuk memperkembangkan zaman. Melalui perpustakaan pula setiap penemuan dan pemikiran baru serta inovasi baru dengan cepat menjadi milik bersama.[1]
B.     Upaya Peningkatan Kualitas Perpustakaan
Upaya peningkatan kualitas perpustakaan yang dimaksud di sini adalah upaya atau usaha yang dilakukan agar perpustakaan dapat memerankan fungsinya.
Keberadaan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar tidak akan berhasil mewujudkantujuannya apabila tidak dikelola dengan baik. Dengan kata lain, keberadaan perpustakaan sebagai pusatsumber belajar memerlukan pengelolaan yang baik agar dapat memberikanmanfaat bagi penggunanya. Hal ini karena pengelolaan merupakan sebuah bentuk pekerjaan yang mencakup pengkoordinasian sumber daya yang adakearah pencapaian sasaran organisasi
Berbagai langkah yang dapat dijadikan acuan untuk peningkatan kualitas perpustakaan, yakni:[2]
1) Menciptakan Suasana Nyaman
Agar tercipta suasana nyaman di perpustakaan, penataan ruang perlu diperhatikan. Ruang yang bersih dengan buku-buku dan koleksi lainnya yang tertata rapi dengan sendirinya akan membuat pengguna  merasa nyaman. Untuk menimbulkan rasa senang, petugas perlu meningkatkan keramahan dan ketulusan dalam memberikan pelayanan.
2) Menciptakan Suasana Kerja yang Kondusif
Agar proses pelayanan informasi berjalan secara maksimal, diperlukan adanya suasana kerja yang kondusif, terutama di antara petugas perpustakaan. Masing-masing petugas hendaklah menjalankan tugasnya sesuai dengan bidang kerjanya. Semua staf perpustakaan harus mamahami dan menjalankan tugasnya masing-masing secara kordinatif. Hanya dengan adanya suasana kerja yang kondusif ini perpustakaan akan dapat menjalankan fungsinya sebagai sumber informasi.

3) Mengadakan Kerja Sama
Untuk menambah koleksi dan fasilitas perpustakaan, pengelola perpustakaan dapat melaksanakan kerja sama dengan pihak luar (penerbit, dermawan, dan lain-lain) terutama yang mempunyai kepedulian terhadap perpustakaan. Untuk meningkatkan kuantitas kerja sama pengelola harus proaktif melakukan penjajagan. Pengelola harus membuka akses seluas-luasnya kepada pihak luar untuk menjalin kerja sama ini.
4) Membangun Jaringan Kerja
Untuk meningkatkan pelayanan informasi, dapat ditempuh dengan jaringan kerja sama antar perpustakaan. Kerja sama ini dimaksudkan untuk saling tukar informasi koleksi masing-masing perpustakaan. Kalau informasi yang dibutuhkan tidak tersedia dalam koleksi perpustakaan, pengelola dapat memberikan bantuan untuk mengakses informasi yang dimaksud dari perpustakaan lain.
5) Mengusahakan Sumbangan Dana dan Buku
Peningkatan kualitas perpustakaan tidak bisa terlepas dari ketersediaan dana. Kurangnya alokasi dana mengakibatkan kesulitan dalam menambah koleksi. Oleh karena itu perlu diusahakan terobosan lain. Perpustakaan sekolah misalnya, dapat memungut sumbangan dari orang tua atas persetujuan pimpinan. Dapat juga dengan meminta sumbangan buku dari masyarakat, terutama buku-buku yang tidak digunakan.
6)Memberi Kesempatan untuk Pengembangan Profesionalisme
Perpustakaan harus dikelola oleh tenaga pustakawan yang profesional sebagai tenaga fungsional, seorang pustakawan harus mengembangkan profesionalismenya. Pengembangan profesionalisme dapat dilakukan melalui magang, seminar, lokakarya, pelatihan, diklat, dan lain-lain.
Dalam dunia pendidikan peran guru dan pengelola perpustakaan tidak dapat diabaikan dalam keberhasilan pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar. Peran guru sangat besar karena guru yang paling sering berinteraksi dan memiliki hubungan langsung dengan siswa dalam pembelajaran dan mengarahkan siswa untuk memanfaatkan perpustakaan dalam proses KBM. Demikian juga dengan peran pengelola perpustakaan. Pengelola perpustakaan merupakan manajer informasi dan penanggung jawab program perpustakaan sekolah sebagai salah satu pelaksana visi dan misi sekolah. Dengan bimbingannya warga sekolah akan melek informasi, dapat menghasilkan karya dan kreasi sehingga terbentuk generasi cerdas dan berkualitas.
Dari uraian singkat  tadi dapat dipastikan bahwa dalam kegiatan belajar di lingkungan sekolah perlu didukung oleh sarana yang memadai. Termasuk didalamnya  perpustakaan sekolah yang berfungsi sebagai sumber belajar siswa. Sebagai sumber belajar perpustakaan sekolah mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting. Fungsi perpustakaan tersebut akan berjalan dengan baik apabila mendapat dukungan dari pihak-pihak terkait yaitu penentu kebijakan pada tingkat departemen, tingkat daerah, tingkat sekolah (kepala sekolah, guru, dan pengelola perpustakaan).
C.    Inovasi Perpustakaan Masa kini
Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, perpustakaan diharapkan mampu untuk bersaing dalam penyediaan informasi. Dewasa ini banyak sumber yang dapat menggeser peran perpustakaan antara lain dengan adanya internet yang dapat memanjakan para pencari informasi dengan akses yang cepat. Perlu kita ketahui, daya ingat manusia terbatas, keadaan seperti ini yang menguatkan keberadaan perpustakaan yang dapat mendokumentasikan informasi-informasi yang dibutuhkan.
Dalam persaingan layanan perpustakan, tidak hanya dibutuhkan bangunan fisik dan aktifitas-aktifitas keilmuan dalam perpustakaan, tapi bagaimana kita menciptakan perpustakaan yang menjadi primadona para pemburu informasi.[3]
Jika fungsi perpustakaan tidak mengimbangi perkembangan teknologi akan tergeser lambat tahun dengan internet. Solusi yang dapat kita ambil adalah bagaimana mewujudkan perpustakaan masa depan. Perpaduan perpustakaan terotomasi dan perpustakaan elektronik menjadi solusi mewujudkan perpustakaan masa depan.
Langkah2 yang mungkin bisa dilakukan yaitu :[4]
1. Pengadaan Teknologi Informasi
Teknologi informasi merupakan satu hal yang tidak bias dihindarkan akan masuk kedalam proses perkembangan perpustakaan. Hal ini terutama difokuskan pada teknologi yang memberikan kesempatan kepada pengguna untuk memperoleh informasi lebih luas, cepat, tepat dan up to date, misalkan melalui fasilitas Internet, Database Online, Media Compact Disk, dan sebagainya.
2. Pemasaran atau promosi
Pemasaran atau promosi adalah hal penting yang perlu diajukan dalam sebuah perpustakaan khusus. Promosi bertujuan untuk memfasilitasi komunikasi antara perpustakaan dan siswa yang terdapat dalam instansi sekolah tersebut. Karena salah satu keberhasilan sebuah perpustakaan adalah dapat dilihat dari tingkat kunjungan siswa dan pemanfaatan informasi (koleksi) oleh peserta sebagai pengguna perpustakaan. Untuk menyiasati kondisi perpustakaan agar menjadi perpustakaan yang ideal (setidaknya nyaman untuk menjadi tempat belajar siswa) harus terpenuhinya berbagai sarana dan prasarana pendukung.
kegiatan promosi yang bisa dilakukan, yaitu:[5]
                a).            perpustakaan harus menyelenggarakan promosi jasa kesiagaan bagi pemerintah daerah, penyelenggara program ekstrakurikuler,
                b).            perpustakaan harus menyelenggarakan pameran, lomba-lomba, seminar, poster, baleho,
                c).            perpustakaan harus ikut serta dalam kegiatan masyarakat setempat,
               d).            perpustakaan harus melakukan promosi melalui media cetak,
                e).            perpustakaan harus menyelenggarakan kampanye minat baca di sekolah, pusat kegiatan masyarakat.



BAB III
KESIMPULAN
A.    Perpustakaan Sebagai Pusat Sumber Belajar, Pusat Informasi dan Inovasi
Sebagai bagian dari masyarakat informasi, kita tidak bisa terlepas dari kebutuhan informasi. Di sinilah peranan perpustakaan yang sangat besar. Perpustakaan menjadi pusat informasi dan sumber belajar yang tidak habis-habisnya untuk digali, ditimba dan dikembangkan. Melalui perpustakaan kita dapat saling tukar-menukar informasi, saling menambah dan memperkaya, saling menguji, dan memperoleh nilai tambah untuk memperkembangkan zaman. Melalui perpustakaan pula setiap penemuan dan pemikiran baru serta inovasi baru dengan cepat menjadi milik bersama.
B.     Upaya Peningkatan Kualitas Perpustakaan
Berbagai langkah yang dapat dijadikan acuan untuk peningkatan kualitas perpustakaan, yakni:
1) Menciptakan Suasana Nyaman
2) Menciptakan Suasana Kerja yang Kondusif
3) Mengadakan Kerja Sama
4) Membangun Jaringan Kerja
5) Mengusahakan Sumbangan Dana dan Buku
6)Memberi Kesempatan untuk Pengembangan Profesionalisme
C.    Inovasi Perpustakaan Masa kini
Langkah2 yang mungkin bisa dilakukan yaitu :
1. Pengadaan Teknologi Informasi
2. Pemasaran atau promosi
DAFTAR PUSTAKA
-        http://www.pemustaka.com/analisis-penerapan-perpustakaan-sebagai-sumber-pusat-informasi-dalam-meningkatkan-minat-baca-masyarakat.html
-        http://www.pemustaka.com/perpustakaan-inovatif-menuju-era-global.html
-        http://library-teguh.blogspot.com/2009/09/inovasi-pengembangan-perpustakaan.html
-        Bunanta, M. 2004. Buku Dongeng dan Minat Membaca. Jakarta: Pustaka Tangga
-        Sutarno. 2003. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.




[1] Sutarno. 2003. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal 2

[2] Bunanta, M. 2004. Buku dan Minat Membaca. Jakarta: Pustaka Tangga hal 25

[3] http://www.pemustaka.com/perpustakaan-inovatif-menuju-era-global.html
[4] http://library-teguh.blogspot.com/2009/09/inovasi-pengembangan-perpustakaan.html

[5] http://www.pemustaka.com/analisis-penerapan-perpustakaan-sebagai-sumber-pusat-informasi-dalam-meningkatkan-minat-baca-masyarakat.html